Sunday, August 25, 2019

TAHAN EMOSI!



Beberapa hari yang lalu ada seorang teman yang meminta saya untuk mengajarainya bagaimana cara menahan emosi. Dalam hati saya gini, “Lah, aku aja masih emosian.”

Tetapi apa salahnya kalau kita mencoba memberi saran? Kan kalau cuma ngomong mah gampang.

Dan bukankah jika menginginkan sesuatu memang harus diusahakan?

Jadi, salah satu caranya itu yang pertama KITA HARUS MEMBIASAKAN.

Menurut saya jika kita lagi gabut ataupun boring, nggak ada salahnya kalau kita isi dengan dzikir. Dzikir sendiri artinya ingat. Dengan dzikir pula kita bisa lebih dekat dengan Rabb kita.

Contoh kecil biasanya kita bisa dzikir dengan menggunakan kalimat : subnallah walhamdulillah walaillahailallah wallahuakbar. Yahh, minimal 100x lah. Bukankan dengan itu dosa kita bisa diampuni meskipun sebanyak buih lautan kalau kita bisa istiqomah meruntinkannya setiap hari?

Dengan seperti ini pula in syaa Allah bisa membuat hati kita menjadi basah.

Kalau kita lagi emosi waktu itu gimana?

Ya istighfar dong! Seharusnya dengan istighfar itu cukup untuk kita. Tetapi juga tidak salah kalau kita cari motivasi, ditanamkan dalam diri kita. 

Motivasi kayak gimana sih?

Contohnya seperti ini, kita harus bisa memunculkan rasa simpati dalam diri kita sendiri. Ingat ibu atau ayah atau siapa misalnya atau mengibaratkan orang yang ada di depan kita itu orang tua kita. Yah, biar kalau mau emosi nggak jadi hehe. 

Terus saya ditanya lagi, kalau lagi galau gimana?

Pernah dulu ketika saya sedang gagal, ada yang menasehati saya, “Baca aja doane Nabi Yunus, in syaa Allah kamu tenang.”
 
Dan itu saya terapkan di setiap hati saya merasa tidak enak.
Belum tau bacaannya? 



Lailahailla anta subhanaka inni kuntu minadzolimin

Artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (Ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya”

Coba aja deh, resapi dan amalkan!

Semua yang ada di blog ini hanya opini semata wkwk

Syukur-syukur kalau kita bisa saling share pengalaman hehe 

Saturday, August 24, 2019

SEDIKIT TENTANG "TAMAN MENTARI"












TAMAN MENTARI

Mengapa komunitas ini bernama “Taman Mentari?” 

Sejatinya, Taman Mentari adalah dimaksudkan untuk sarana bermain sekaligus belajar anak. Seperti filosofi taman sendiri untuk bermain dan mentari yang bisa memberikan penerangan. 

Siapa orang yang paling baik?

Orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk sekitarnya.

Mengapa terkadang kita ditempatkan di lingkungan yang gelap?

Mungkin saja Tuhan mengirim kita menjadi matahari yang terus bersinar dan memberi kebaikan bagi sesama.

Dari sini kami belajar tentang banyak hal. 

Mulai dari belajar kesabaran dengan anak kecil, menemukan kelegaan dengan hal-hal yang sederhana, sampai belajar untuk memaknai kehidupan.

Saya yakin jika ada orang ikhlas untuk saling berbagi, semua yang dirasakan pasti adalah bentuk kelegaan. Lega karena bisa bahagia ataupun lega karena bisa membantu sesama. Siapa yang tidak mau untuk dekat dengan Tuhannya? Pasti tidak ada.

Sebagian orang mungkin beranggapan kalau bermain dengan anak kecil itu pasti merepotkan. Memang iya awalnya, namun jika sudah terbiasa kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga. Mungkin sebagian orang pula beranggapan anak kecil tidak bisa memberikan apapun untuk kita, justru merekalah yang membutuhkan kita. Nyatanya keliru. Hanya dengan berdekatan saja kita bisa belajar banyak dengan mereka. Salah satunya adalah kesabaran!

Kesabaran? Apa bisa?

Coba kita lihat saja bagaimana sosok anak kecil! Sosok yang biasanya mudah sekali marah juga mudah sekali untuk memaafkan. Bukankah anak kecil itu pemaaf yang handal? Dan bukankah memberi maaf adalah tindakan yang mulia sekaligus sulit untuk dilakukan?

Oh, mungkin satu lagi yang terlewat. Memaafkan kedengarannya bisa saja, yang lebih sulit adalah melupakan bukan?

Double lesson! Memaafkan dan melupakan. Jadi, jangan remehkan anak kecil ya! Dengan mereka kita juga bisa belajar sekaligus bermain.

Dan mengapa dalam agenda belajar sekaligus bermain TAMAN MENTARI meminta mereka untuk menuliskan mimpi-mimpinya? 

Karena menurut kita semua itu berawal dari mimpi. Kita perlu bangun untuk mewujudkannya. Ditunjukkan kepada orang tua untuk apa? 

Agar orang tua mereka bisa menjadi pondasi mereka untuk mewujudkan apa itu mimpinya. Orang tua bisa bangga menjadi madrasah pertama untuk anaknya yang mulai paham apa itu MIMPI.
Taman Mentari juga biasanya berbagi sembako dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan. 

Dengan ini kita juga bisa belajar untuk memaknai kehidupan. Tidak salah bukan jika kita belajar dari orang lain?

Pernah ketika kami masih duduk di bangku SMP, kami bertemu dengan seorang kakek yang bekerja sebagai tukang becak. Orang sekitar biasa memanggil beliau ‘Mbah Rin’. 

Beliau tidak punya sanak saudara. Beliau sehari-hari tinggal di pos polisi Kertosono. Kalau siang biasanya beliau mangkal tak jauh dari pos polisi yang juga berdekatan dengan SMPN 1 Kertosono. 
Pernah suatu waktu ketika kami pulang sekolah bertemu beliau sedang tertidur di atas becaknya. Padahal ketika itu cuaca sedang panas. 

Sore hari biasanya beliau duduk-duduk di seberang jalan sembari melihat hiruk pikuk jalanan. Malamnya beliau tidur di pos polisi atau di dekat kedai sate. Untuk makan biasanya beliau diberi oleh orang sekitar. 

Ketika bertemu di seberang jalan, beliau dengan senyum lebar menerima pemberian kami.

Raut muka senjanya menunjukkan ketulusan dan ketabahan beliau dalam menghadapi hidup.

Karena bukan mereka yang membutuhkan saya, tetapi saya yang membutuhkan mereka. Coba bercermin saja!

Mampir yuk ke @tamanmentari_


Friday, August 23, 2019

BERTANYA PADA DIRI



MENGAPA ADA ORANG YANG BERILMU TINGGI NAMUN KURANG KESADARAN DIRI?

Kali ini kita akan membahas tentang “Mengapa Ada Orang Yang Berilmu Tinggi Namun Kurang Kesadaran Diri?”

Tidak menutup kemungkinan di lingkungan sekitar kita mungkin saja ada seseorang yang memiliki ilmu tinggi, entah itu seorang sarjana, professor, atau bahkan pemuka agama, sering kali terlibat masalah sosial. Entah itu masalahnya seperti pencurian, pelecehan, ataupun masalah-masalah lain yang tentunya tidak sesuai dengan norma yang berlaku ataupun yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita.

Pernah gak sih kalian menebak itu kenapa? 

Saya sendiri sebenarnya juga perlahan masih mencari jawabannya.
Tapi untuk sementara ini, yang saya pahami mereka hanya MENGERTI namun TIDAK PAHAM.

Maksudnya begini, seseorang yang berilmu tinggi, yang seharusnya tahu bagaimana harus bersikap, namun justru sebaliknya. Mereka hanya tahu, namun sekali lagi tak paham karena mungkin dosa yang dibuatnya tidak semuanya langsung mendapat balasan. Jadi ya mungkin mereka santai-santai saja; tidak takut karena belum merasakan dampaknya.
Kemungkinan lainnya adalah mungkin mereka belum mendapatkan hidayah dari Tuhannya.

Atau justru mungkin dosa kecilnya lah yang kemudian memancing munculnya dosa besar selanjutnya.

Kembali lagi kepada hakikat kita sebagai manusia yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kita sebagai manusia sudah seharusnya saling mengingatkan. 


SALING BERBAGI, IKHLAS MEMBERI!!!

PUISI WAKTU

BERPUTAR TAK UNTUK KEMBALI

Untukmu yang mengenalkanku dua rasa
Tetaplah disana, tak usah menanti rindu kembali ada

Aku mengerti arti kembali
Meski tak mungkin harapku tuk datang lagi
Seperti sepasang netra, melihat fakta ilusi fiksi
Hanya untuk manusia, tak ku biarkan netra menyayat hati

Teruntuk yang menaifkan hati
Masih ku genggam semua opsi dalam diri
Pergi saja berteman memori
Jangan kembali, apalagi melihat peluhku sembuhkan diri

Aku mengembara mengukir cerita
Menutup mata bermuara doa
Tak ada harap rasa bergulat raga
Teruntuk yang bernama cinta, masihkah ingin menjanjikan luka?

Selamanya yang tak kau mengerti
Luka ini menjadi begitu bertubi
Dan untuk kesekian kali, jangan harap jantung berdetak lagi
Mungkin saat kau melihat nanti, jiwaku sudah pergi, hanya menyisakan diri, yang tak mampu mengumbar diksi

FENOMENA UPLOAD FOTO DIRI

Di zaman dengan teknologi yang semakin berkembang ini, siapa yang tidak tahu mengenai selfie atau posting foto diri di media sosial? Feno...