Saturday, October 19, 2019

TAK HANYA HIJRAH



Ternyata setelah “hijrah” kita nggak boleh berhenti sampai disitu aja loh. Masih banyak tahapan yang harus kita lalui.

Yang pertama adalah HIJRAH. Apa sih hijrah itu? Gampangnya, hijrah itu adalah masa transformasi dari kegelapan menuju cahaya Islam.

Paham maksudnya ‘kan?

Jadi, hijrah itu adalah saat dimana kita mulai sadar akan apa saja keburukan yang ada dalam diri kita. Di tahap ini kita tidak hanya harus menunggu kemantapan hati saja. Tetapi, kita juga harus lebih rajin berdoa untuk mengharap hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang kedengarannya susah. Apalagi di zaman sekarang sudah banyak hal-hal yang terlihat sederhana namun sangat fatal akibatnya. Soal jilbab misalnya. Banyak sekali yang membuat kutipan ini itu, mengingatkan berkali-kali, namun selalu saja semua hanya sebatas angin berlalu. Kebanyakan sekarang, “Ah, dari pada baca-baca soal ginian mending baca trend masa kini.”

Tabbaruj juga sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah. Aurat terlihat dimana-mana sudah jadi hal biasa. Itu bahkan tidak memandang pria atau wanita. Pasti ada saja. Seakan hukum Allah itu tidak ada. Kalau ditanya yang salah dimananya? Ya, yang pasti KESADARAN DIRINYA masih rendah.

Meski masih banyak kekurangan, tetapi jika mengingat pepatah “tidak ada yang terlambat” pasti semua tidak akan menjadi sia-sia. Yang terpenting adalah niat kita. Jika kita sudah berkomitmen untuk berhijrah, sekeras apapun halangannya pasti ia akan tetap berserah diri kepada Allah, tidak patah dalam satu sentakan.


Selanjutnya adalah HAMASAH. Apa itu? Hamasah adalah masa semangat memperbaiki diri, namun masih sering futur (malas beribadah atau istilah kerennya down). Ini biasa terjadi dan menurut saya sangat manusiawi. Bukan rahasia lagi jika rasa malas adalah musuh terbesar dalam diri kita. Dan yang harus melawannya pun adalah diri kita sendiri.  Meski di awal niat kita sudah kuat, namun tak jarang ada saja yang membuat hati kita kembali galau.

Kalau sudah begini kita harus bagaimana dong?

Kalau sudah rasa futur yang datang, lebih baik kita lebih mempertebal iman dan takwa kita kepada Allah, salah satunya adalah dengan memperkuat ibadah kita kepada-Nya. Atau bisa juga kita mengingat azab Allah yang pedih atau bahkan nikmat Allah yang tiada tara untuk membuat kita semangat beribadah. Saya pernah mendengar, “...jadikanlah kematian di pelupuk matamu”. Maksudnya adalah bisa juga memperkuat ibadah kita dengan senantiasa mengingat kematian. Simple-nya lagi, “Kapan lagi bisa ibadah kalau kematian sudah melewati kita?” Memaksakan diri untuk kebaikan nggak harus salah dong J

Motivasinya juga harus satu dong, yaitu semata-mata untuk mencari ridho Allah.


Ini mungkin merupakan tahapan yang paling sulit di antara yang lainnya. Yaitu ISTIQOMAH. Apa sih istiqomah itu? Istiqomah adalah kondisi iman relatif stabil karena sudah punya amalan andalan untuk menjaga hati agar terus bertaqwa.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi bahwa untuk melawan futur itu sendiri kita harus memiliki amalan andalan agar kita tetap stay dalam proses hijrah kita. Salah satu contohnya adalah dengan shalat. Shalat tidak hanya sebatas kewajiban kita melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada-Nya.

Setiap kita merasa malas, alangkah lebih baik kita mengingat kematian. Jika kita benar-benar meresapi apa itu kematian pasti perlahan-lahan semangat ibadah kita akan terpupuk dengan sendirinya.

Bukankah shalat itu ibaratkan kita mandi sehari-hari? Bukankah dengan mandi, badan kita akan menjadi bersih? Begitu juga dengan shalat.

Tidak hanya ibadah shalat sebenarnya, masih banyak ibadah-ibadah lainnya yang bisa kita lakukan untuk menjadi tameng istiqomah kita, seperti puasa, membaca Al-Quran, bersedekah, dan lain-lain.


Dan puncak dari perjalanan hijrah kita adalah ketika kita sampai pada tahap QUDWAH. Qudwah sendiri artinya mereka yang sudah istiqomah dan mampu memberikan manfaat kepada umat sehingga mereka menjadi contoh dalam kebaikan. Mungkin untuk sampai di titik ini tidaklah membutuhkan waktu yang sebentar. Namun, segala sesuatunya perlu diusahakan. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesamanya? Dan bukankah Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum jika mereka tidak berusaha mengubahnya?

Percaya atau tidak, setiap kali kita bisa menjadi teladan atau sekedar bisa berbagi dengan sesama akan menjadikan hati seseorang tenteram dan damai. Allah Maha Pemurah, maka sekecil apapun kita mengeluarkan sesuatu di jalan Allah, maka Allah senantiasa akan menggantinya dengan yang lebih.

Yang paling dekat dengan sosok teladan adalah memberi. Memberi tidak hanya dengan materi saja. Apapun itu bisa, selama konteksnya baik dan diniatkan karena Allah Ta’ala. Semoga kita selalu bisa dekat dengan illahi rabbi.

SUMBER : MUSLIMAH

No comments:

Post a Comment

FENOMENA UPLOAD FOTO DIRI

Di zaman dengan teknologi yang semakin berkembang ini, siapa yang tidak tahu mengenai selfie atau posting foto diri di media sosial? Feno...