Saturday, October 19, 2019

TAK HANYA HIJRAH



Ternyata setelah “hijrah” kita nggak boleh berhenti sampai disitu aja loh. Masih banyak tahapan yang harus kita lalui.

Yang pertama adalah HIJRAH. Apa sih hijrah itu? Gampangnya, hijrah itu adalah masa transformasi dari kegelapan menuju cahaya Islam.

Paham maksudnya ‘kan?

Jadi, hijrah itu adalah saat dimana kita mulai sadar akan apa saja keburukan yang ada dalam diri kita. Di tahap ini kita tidak hanya harus menunggu kemantapan hati saja. Tetapi, kita juga harus lebih rajin berdoa untuk mengharap hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang kedengarannya susah. Apalagi di zaman sekarang sudah banyak hal-hal yang terlihat sederhana namun sangat fatal akibatnya. Soal jilbab misalnya. Banyak sekali yang membuat kutipan ini itu, mengingatkan berkali-kali, namun selalu saja semua hanya sebatas angin berlalu. Kebanyakan sekarang, “Ah, dari pada baca-baca soal ginian mending baca trend masa kini.”

Tabbaruj juga sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah. Aurat terlihat dimana-mana sudah jadi hal biasa. Itu bahkan tidak memandang pria atau wanita. Pasti ada saja. Seakan hukum Allah itu tidak ada. Kalau ditanya yang salah dimananya? Ya, yang pasti KESADARAN DIRINYA masih rendah.

Meski masih banyak kekurangan, tetapi jika mengingat pepatah “tidak ada yang terlambat” pasti semua tidak akan menjadi sia-sia. Yang terpenting adalah niat kita. Jika kita sudah berkomitmen untuk berhijrah, sekeras apapun halangannya pasti ia akan tetap berserah diri kepada Allah, tidak patah dalam satu sentakan.


Selanjutnya adalah HAMASAH. Apa itu? Hamasah adalah masa semangat memperbaiki diri, namun masih sering futur (malas beribadah atau istilah kerennya down). Ini biasa terjadi dan menurut saya sangat manusiawi. Bukan rahasia lagi jika rasa malas adalah musuh terbesar dalam diri kita. Dan yang harus melawannya pun adalah diri kita sendiri.  Meski di awal niat kita sudah kuat, namun tak jarang ada saja yang membuat hati kita kembali galau.

Kalau sudah begini kita harus bagaimana dong?

Kalau sudah rasa futur yang datang, lebih baik kita lebih mempertebal iman dan takwa kita kepada Allah, salah satunya adalah dengan memperkuat ibadah kita kepada-Nya. Atau bisa juga kita mengingat azab Allah yang pedih atau bahkan nikmat Allah yang tiada tara untuk membuat kita semangat beribadah. Saya pernah mendengar, “...jadikanlah kematian di pelupuk matamu”. Maksudnya adalah bisa juga memperkuat ibadah kita dengan senantiasa mengingat kematian. Simple-nya lagi, “Kapan lagi bisa ibadah kalau kematian sudah melewati kita?” Memaksakan diri untuk kebaikan nggak harus salah dong J

Motivasinya juga harus satu dong, yaitu semata-mata untuk mencari ridho Allah.


Ini mungkin merupakan tahapan yang paling sulit di antara yang lainnya. Yaitu ISTIQOMAH. Apa sih istiqomah itu? Istiqomah adalah kondisi iman relatif stabil karena sudah punya amalan andalan untuk menjaga hati agar terus bertaqwa.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi bahwa untuk melawan futur itu sendiri kita harus memiliki amalan andalan agar kita tetap stay dalam proses hijrah kita. Salah satu contohnya adalah dengan shalat. Shalat tidak hanya sebatas kewajiban kita melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi juga sebagai wujud rasa cinta kita kepada-Nya.

Setiap kita merasa malas, alangkah lebih baik kita mengingat kematian. Jika kita benar-benar meresapi apa itu kematian pasti perlahan-lahan semangat ibadah kita akan terpupuk dengan sendirinya.

Bukankah shalat itu ibaratkan kita mandi sehari-hari? Bukankah dengan mandi, badan kita akan menjadi bersih? Begitu juga dengan shalat.

Tidak hanya ibadah shalat sebenarnya, masih banyak ibadah-ibadah lainnya yang bisa kita lakukan untuk menjadi tameng istiqomah kita, seperti puasa, membaca Al-Quran, bersedekah, dan lain-lain.


Dan puncak dari perjalanan hijrah kita adalah ketika kita sampai pada tahap QUDWAH. Qudwah sendiri artinya mereka yang sudah istiqomah dan mampu memberikan manfaat kepada umat sehingga mereka menjadi contoh dalam kebaikan. Mungkin untuk sampai di titik ini tidaklah membutuhkan waktu yang sebentar. Namun, segala sesuatunya perlu diusahakan. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesamanya? Dan bukankah Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum jika mereka tidak berusaha mengubahnya?

Percaya atau tidak, setiap kali kita bisa menjadi teladan atau sekedar bisa berbagi dengan sesama akan menjadikan hati seseorang tenteram dan damai. Allah Maha Pemurah, maka sekecil apapun kita mengeluarkan sesuatu di jalan Allah, maka Allah senantiasa akan menggantinya dengan yang lebih.

Yang paling dekat dengan sosok teladan adalah memberi. Memberi tidak hanya dengan materi saja. Apapun itu bisa, selama konteksnya baik dan diniatkan karena Allah Ta’ala. Semoga kita selalu bisa dekat dengan illahi rabbi.

SUMBER : MUSLIMAH

SEDERHANA NAMUN DILEWATKAN WANITA



“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu (1) suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; (2) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673). dari jalan Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Tabarruj secara bahasa diambil dari kata al-burj (bintang, sesuatu yang terang, dan tampak). Seperti: kepala, wajah, leher, dada, lengan, betis, dan anggota tubuh lainnya, atau menampakkan perhiasan tambahan. Imam asy-Syaukani berkata, “At-Tabarruj adalah dengan seorang wanita menampakkan sebagian dari perhiasan dan kecantikannya yang (seharusnya) wajib untuk ditutupinya, yang mana dapat memancing syahwat (hasrat) laki-laki” (Fathul Qadiir karya asy- Syaukani).

Dalam hadist di atas terdapat ancaman keras yang menunjukkan bahwa perbuatan tabarruj termasuk dosa besar, karena dosa besar adalah semua dosa yang diancam oleh Allah dengan neraka, kemurkaan-Nya, laknat-Nya, azab-Nya, atau terhalang masuk surga. Oleh karena itu, seluruh kaum muslimin bersepakat menyatakan haramnya tabarruj.

Dari postingan sebelumnya sudah membahas tentang jilbab, selanjutnya ke tabarruj karena memang tabarruj sendiri erat kaitannya dengan berjilbab. Tabarruj sendiri sebenarnya tidak hanya diartikan dengan sebatas berdandan menor saja, tetapi juga segala bentuk perhiasan yang ditampakkan yang nantinya disukai oleh laki-laki. Entah itu merupakan keindahan asal (berasal dari anggota badan mereka sendiri) atau perhiasan yang bisa diusahakan (perhiasan tambahan yang menghiasi fisik mereka), yaitu semua yang ditambahkan pada fisik wanita untuk mempercantik dan menghiasi dirinya.

Ada seorang teman yang pernah bertanya, “Kalo aku nggak dandan terus nanti dijudge katrok gimana? Kan aku udah besar.”

Bukankah jika semakin dewasa justru seharusnya kita semakin semangat belajar menuntut ilmu agama demi masa depan di dunia dan di akhirat? Bukankah seharusnya pula kita belajar untuk membuka pikiran kita dan menutup (menjaga) diri kita? Bukankah dengan memperkecil label “semakin dikenal banyak orang” menjadikan kita lebih selamat di dunia dan di akhirat?

Kalo diulik lagi, “Banyak mana perempuan pake make up sama enggak?” Ya, jelas banyak yang pake make up dong.

“Jika belum punya suami, memang mau berhias untuk siapa? Apakah tidak rugi jika keindahan dalam diri kita sudah dinikmati (dilihat) oleh orang lain?”

Apalagi kita masih remaja. Memang fitrah wanita sendiri adalah tampil cantik, tetapi cantik bukan dalam artian ngejreng ya! Boleh memakai make up, tapi sekadarnya (yang warnanya tidak terlalu mencolok atau warnanya hampir sama dengan kulit kita) saja yang tujuannya untuk membuat penampilan kita bersih dan segar saja. Untuk berhias sendiri sebaiknya kita berhias dengan sesuatu yang hukumnya mubah (bukan dari barang yang haram) dan tidak memudharatkan.

Adapun cara-cara berhias yang dilarang dalam Islam adalah :
a. Menyambung rambut (al-washl)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat penyambung rambut dan orang yang minta disambung rambutnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

b. Menato tubuh (al-wasim), mencukur alis (an-namsh), dan mengikir gigi (at-taflij)Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat orang yang menato dan wanita yang minta ditato, wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu), yang mencukur alis dan yang minta dicukur, serta wanita yang meregangkan (mengikir) giginya untuk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

c. Mengenakan wewangian bukan untuk suaminya (ketika keluar rumah)Baginda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap wanita yang menggunakan wewangian, kemudian ia keluar dan melewati sekelompok manusia agar mereka dapat mencium bau harumnya, maka ia adalah seorang pezina, dan setiap mata itu adalah pezina.” (Riwayat Ahmad, an-Nasa’i, dan al-Hakim dari jalan Abu Musa al-Asy‘ari radhiyallahu ‘anhu)

d. Memanjangkan kukuNabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang termasuk fitrah manusia itu ada lima (yaitu): khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

e. Berhias menyerupai kaum lelaki“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupakan diri seperti wanita dan melaknat wanita yang menyerupakan diri seperti laki-laki.” (Riwayat Bukhari). Hadits ini dinilai shahih oleh at-Tirmidzi.

KEBURUKAN TABARRUJ :
“Syaiton menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah: 268)

1. Tabarruj adalah maksiat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
“Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan”, para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah siapakah orang yang enggan?” Beliau menjawab, “Siapa yang taat kepadaku maka ia akan masuk surga dan siapa yang maksiat kepadaku maka ia telah enggan (untuk masuk surga).” (HR. Bukhari)

2. Tabarruj menyebabkan laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah.
“Akan ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka seakan-akan punuk unta, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat!”

3. Tabarruj adalah sifat penghuni neraka.
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang.”

4. Tabarruj adalah perbuatan keji.
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang Kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh Kami mengerjakannya. “Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji” mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al A’raf: 28)

5. Tabarruj adalah ajaran iblis
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya.” (QS. Al A’raf 27)

6. Tabarruj adalah gaya hidup orang-orang Yahudi.
Orang-orang Yahudi memiliki peran yang sangat besar dalam menghancurkan umat ini melalui wanita, dan kaum wanita memang memiliki pengalaman di bidang ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati-hatilah pada dunia!, hati-hatilah pada wanita! Sesungguhnya fitnah (musibah) pertama yang menimpa bani Israil (kaum Yahudi) adalah dari wanita.”

7. Tabarruj adalah perbuatan Jahiliyah yang sangat tercela.
“Nabi telah menyifati ajakan Jahiliyah sebagai ajakan busuk dan kotor, ajakan jahiliyah selaras dengan tabarruj jahiliyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda ketika memperingatkan salah seorang sahabatnya :
“Sesungguhnya pada dirimu ada perkara Jahiliyyah.” (HR. Bukhari)

8. Tabarruj adalah keterbelakangan
Perbuatan buka-bukaan adalah fitrah dari hewan ternak, tidak seorang pun yang condong pada perbuatan tersebut kecuali dia akan hina, dia akan jatuh dari kedudukan tingginya sebagai manusia menuju kedudukan yang paling rendah bahkan lebih rendah dari hewan-hewan ternak. Dari sini tampaklah bahwa tabarruj adalah salah satu tanda dari kerusakan fitrah manusia, tidak adanya rasa malu dan tanda matinya hati.

9. Tabarruj adalah pintu kerusakan yang sangat nyata.
Ketika siapa saja yang memperhatikan sejarah, sepanjang sejarah yang ada, maka niscaya pasti akan mendapati bahwa sebab yang paling terbesar dari hancurnya peradaban, tercerai-berainya masyarakat, dekadensi (kemerosotan) moral, tersebarnya perbuatan-perbuatan keji (zina, homo, lesbian), kerusakan akhlak, tersebarnya kriminal, penyebab paling terbesarnya semua itu adalah berdandannya seorang perempuan di luar rumah, bercampurnya perempuan dengan para lelaki yang bukan mahramnya, seringnya perempuan berseliweran di tempat-tempat umum padahal dia dalam keadaan berdandan dengan dandanan yang sangat sempurna dan perhiasan yang paling bagus yang dia pakai, bau wangi yang paling sempurna yang dia pakai. Ini penyebab hancurnya peradaban, tercerai berainya persatuan, dekadensi moral, tersebarnya kekejian, rusaknya prinsip-prinsip dasar hidup yang yang baik, tersebarnya kriminal, zina, perkosaan dan semisalnya.

Selanjutnya yang sering tidak diketahui atau justru dilewatkan adalah perihal sunnah betah di rumah.

“Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumahnya maka setan akan menghiasinya, dan sesungguhnya seorang wanita lebih dekat kepada Allah Ta’ala ketika ia berada di dalam rumahnya” (HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani dan lafaz ini milik beliau, dari Abdullah bin Mas’ud rhadiyallahu’anhu, Ash-Shahihah-2688)

Boleh saja seorang wanita keluar rumah asalkan untuk kebutuhan yang mubah dengan tetap berpegang teguh pada adab-adab yang disyariatkan oleh Islam pula. Mubah sendiri maksudnya adalah jika ada keperluan dan dalam keadaan darurat. Perlu diketahui bahwa keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku adalah juga termasuk kategori tabarruj.

Dalam Islam sendiri tidak ada suatu hal yang disulitkan, semua semata-mata demi menuju kebaikan...


SUMBER : MUSLIMAH

Thursday, October 17, 2019

JILBAB GAUL


Belakangan ini, merebak trend jilbab gaul atau kerudung gaul. Anggotanya mulai dari anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat. Kalau mereka ditanya. “Jilbab apa ini namanya?” Mereka akan menjawab dengan dengan pede-nya. “Jilbab gaul!”

Jilbab gaul ini digandrungi karena alasan modisnya. Peminatnya adalah para wanita yang sudah terlanjur berjilbab tapi tetap ingin tampil modis dan trendi. Alhasil, banyak para designer yang mengotak-atik ketentuan jilbab syar’i dan mewarnainya sesuka hati dengan berkiblat kepada trend mode di wilayah barat. Mereka tidak segan-segan membawakan semboyan: “Jilbab modis dan syar’i” atau “Jilbab muslimah masa kini, modis dan trendi” atau semboyan-semboyan lain yang membuat kacau pikiran dan hati para gadis remaja seolah mereka merasa bahwa yang seperti itu bukanlah sebuah masalah.

Sekarang, mari kita simak peringatan yang pernah disampaikan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya :

“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu (1) suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; (2) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673). dari jalan Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Siapakah itu wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang?

Mereka adalah para wanita yang pakaiannya tipis, transparan dan ketat, sehingga kemolekan tubuhnya terlihat. Mereka berpakaian secara zhahir (nyata), namun sebenarnya mereka bertelanjang. Karena tidak ada bedanya ketika mereka berpakaian maupun ketika mereka tidak berpakaian, sebab pakaian yang mereka kenakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yakni menutupi aurat. Dan mereka adalah wanita-wanita yang menyimpang dari keta’atan kepada Allah dalam hal menjaga kemaluan serta menutupi diri mereka dari para lelaki yang bukan mahramnya. (Terj. Al-Jannatu Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa hal. 101-103)


Akhirnya ....

Apabila Allah telah mengadakan suatu ketentuan, maka sudah pasti dalam ketentuan itu terkandung kebaikan yang amat besar. Maka dengan meragukan ketentuan dan perintah-Nya, engkau telah melewatkan banyak kebaikan yang seharusnya engkau dapatkan.

Oleh karena itu ....

Yang Cantik yang Berjilbab

Tak ada ajaran yang lebih memuliakan wanita daripada Islam. Dalam Islam, wanita ditempatkan sebagai makhluk yang sangat mulia. Dan Islam sangat menjaga kehormatan juga kesucian seorang wanita sehingga sudah sepantasnya kita bisa menempatkan diri kita dengan tidak mencoba mengafiliasi budaya barat dengan budaya timur agar mereka dinobatkan sebagai wanita modern, wanita masa kini, wanita fashionable. Agar kita tidak menjadi ....

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia…” (Qs. Al-An’aam: 112)





SUMBER : MUSLIMAH

Mengapa Harus Jilbab?


Mungkin aku harus kembali mengingatkanmu tentang alasan mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan perintah jilbab kepada kita–Kaum Hawa–dan bukan kepada Kaum Adam. Satu hal yang terkadang kita abaikan, yaitu fungsi dari jilbab itu sendiri. Untuk apa kita menutupi perhiasan keindahan dirimu jika agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang?

“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, , atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hambaha sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak memiliki keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (Q.S An-Nur: 31)

Dan firman-Nya ....

“Hai, Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab: 59)

Berdasarkan keterangan di atas, Allah tidak semata-mata menurunkan perintah berjilbab kepada kita tanpa ada hikmah di dalamnya. Allah telah mensyariatkan jilbab atas kaum wanita karena Allah Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang ibu, anak, atau pun seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat.

Satu lagi yang terkadang juga kita lupakan bahwa dengan berhijab itu bukan hanya menunjukkan identitas kita sebagai seorang muslimah, tetapi juga sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah Ta’ala selain shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Jilbab juga menjadi konsekuensi nyata bahwa ia telah berusaha memupuk imannya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Selain itu, jilbab juga merupakan lambang kehormatan, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu.

Ketahuilah, tidaklah Allah memerintahkan sesuatu perkara kepada hamba-Nya kecuali pasti perkara itu bermanfaat bagi hamba-Nya.


SUMBER : MUSLIMAH

FENOMENA UPLOAD FOTO DIRI

Di zaman dengan teknologi yang semakin berkembang ini, siapa yang tidak tahu mengenai selfie atau posting foto diri di media sosial? Feno...